Aku yang kini berada dimasa sekarang, sedang duduk dikursi dibalik meja yang menghadap jendela, merenung seraya menatap langit yang masih bersinar terang dengan birunya, sangaaat cantik.
Kedua tanganku masih menyentuh buku diatas meja, buku yang berisikan kisah-kisahku aku dimasa lalu. Sosok aku yang sangat? Menyebalkan. Hehe..
Aku dimasa lalu adalah orang yang sangat introvert dan melankolis. Tidak memiliki banyak teman. Bahkan berani aku katakan sembilan puluh persen hidupku dimasa lalu terisi dengan aku yang sering melakukan banyak hal sendirian.
Tapi aku ceritakan sedikit atau beberapa moment tentangku dimasa lalu dimana disana ada hal-hal kecil yang terjadi hingga berhasil mengubah dan membentuk aku dimasa yang sekarang..
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi itu Alma yang sudah rapih dengan seragamnya bersiap pergi berangkat ke sekolah. Jarak antara sekolah dengan kosannya tidaklah jauh. Syukurnya hanya perlu ditempuh dalam waktu lima menit dengan berjalan kaki.
Alma saat ini sudah duduk dikelas 12 semester 2. Benar. Tidak lama lagi dia akan lulus dan menyelesaikan jenjang pendidikan SMAnya dan akan segera menuju ke jenjang selanjutnya. Saat ini bisa dikatakan Alma sedang disibukkan dengan segala ujian dan belajar tambahan.
Ketika Alma tiba dikelas tidak ada siapa pun yang menyapanya begitu pula dari perjalanan dia dari gerbang sekolah hingga lorong kelas. Ini terjadi bukan karena Alma adalah orang yang dikucilkan atau diasingkan. Semuanya baik-baik saja. Hanya saja Alma akan saling menyapa dengan orang-orang tertentu.
"Pagi Alma." Sapa seseorang ketika Alma telah duduk dikursi bangkunya.
"Pagi Savira." Balas Alma sambil tersenyum.
"Aku mau balikin buku catatan kamu. Makasih ya.." Savira menaruh buku Alma diatas meja."Alma tulisan kamu bagus loh. Rapih banget. Kapan-kapan aku pinjam catatanmu lagi, boleh?"
"Tentu." Alma lalu mengangguk.
"Alma.."
"Iya?"
"Eh. Emm tidak jadi. Sekali lagi makasih ya! Kalau gitu aku pergi dulu ya.."
Savira kemudian berlalu pergi. Dan selesai hanya itu. Jenis hubungan yang dimiliki Alma hanya sebatas jika ada keperluan. Beberapa menit kemudian kelas pertama pun dimulai.
Setelah selesai kelas jam pertama dan kedua Alma pun bergegas pergi ke kantin. Duduk di kantin sekolah, sendirian dengan kotak bekal yang dia buat sendiri dikosan. Walau pun sendirian jujur saja Alma cukup menikmatinya. Melihat keramaian kantin itu menyenangkan menurut Alma. Saat hendak menyendokan nasi ke mulutnya, ada seseorang yang tiba-tiba duduk dihadapannya.
"Hai maaf. Aku boleh duduk disini? Kursi yang lain penuh."
"Oh boleh." Alma pun bergeser untuk mempersilahkan orang tersebut duduk disampingnya.
"Itu bekalmu buat sendiri ya?"
"Iya.. kok bisa tahu?"
"Hanya menebak. Soalnya telur ceploknya item, kelihatan gosong.. hehe"Orang itu tertawa kecil."Eh, iya. Aku Nia dari 12 IPA 1 kamu?"
"Aku Alma dari 12 IPA 2."
"Wah... ternyata kelas kita sebelahan."
'"Eh, maaf sebentar." Alma meraih sebelah tangan kanan Nia, lalu melipat lengan seragamnya. "Sayang kalau terkena kuah sayurnya. Nanti kotor."
"Eh, makasih" Ucap Nia.
"Iyaa."
Dan begitu saja. tidak ada lagi percapakan diantara mereka. Mereka hanya melanjutkan sesi makan siang mereka dalam keheningan. Namun tanpa Alma sadari diam-diam sesekali Nia memperhatikan Alma sambil tersenyum.
Hari-hari selanjutnya yang Alma jalani terasa masih sama saja. Datang pagi ke sekolah. Makan siang sendirian dikantin. Lalu pergi ke perpustakaan sendirian. Sesekali membantu petugas perpustakaan sekolah merapihkan buku-buku disana. Seperti hari ini.
"Alma, sudah menentukan akan kuliah kemana?" Tanya Bu Sari petugas Perpustakaan.
"Belum Bu. Gak tahu mau kemana."
"Kalau sudah lulus nanti jangan lupa main kesini ya..."
"Iya Bu. Boleh.." Jawab Alma sambil tersenyum lalu Bu Sari mengusap puncak kepala Alma yang tertutupi rapih dengan kerudungnya.
"Kamu anak yang baik Alma."
"Aamiin, Ibu."
Waktu berlalu cepat. Hari ujian kelulusan pun akhirnya tiba. Alma dengan teman-teman seangkatannya pun akhirnya melaksanakan ujian mereka. Menjadi ini sebagai tugas akhir mereka selama di bersekolah.
Alma berhasil menjalankan semuanya dengan lancar. Lancar dalam artian dia masih mampu mengatasi hambatan-hambatan yang dia dapati sejauh ini.
Setelah dia hanya tinggal menunggu hasil pengumuman kelulusan serta pengumuman hasil seleksi dia masuk kuliah.
Dikursi teras kelas Alma duduk termenung sendirian. Dengan dua susu kotak coklat berukuran kecil disampingnya. Salah satunya dia ambil dan dia minum memakai sedotan. Sebenarnya Alma sedang menunggu seekor kucing yang biasanya berkeliaran disekitar lingkungan sekolah. Tapi kucing itu entah kemana.
Saat susu kotak yang Alma minum telah habis setengahnya akhirnya kucing berwarna hitam itu muncul. Kucing itu terlihat sedang melangkah mendekar ke arahnya. Alma tersenyum senang, kucing itu sudah terbiasa Alma beri makan sosis yang dia beli dikantin.
"Meng.. sini-sini!" Panggil Alma dan kucing itu pun berlari mendekat lalu mendusal dikaki-kaki Alma.
"Hei. Boleh tidak susu kotaknya buat aku?"
"Oh boleh. Ambil aja." Jawab Alma tanpa menoleh karena dia sedang sibuk menyuapi kucingnya.
"Kamu suka kucing ya?"
"Iya. Dia temanku."
"Teman sekelas banyak padahal. Kenapa milih temenan sama kucing."
"Emm.. gak tahu ya."
"Oh ya. Aku, Angky."
"Hah? Nama kamu sama kayak nama ketua kelasku." Alma lalu menoleh pada orang duduk disampingnya itu."Eh? Ternyata memang orangnya." Alma tersenyum canggung.
"Banyak orang yang pengen deket sama kamu, Al." Angky lalu meminum kembali susu kotak ditangannya."Tapi mereka ngerasa gak enak buat deketin kamu."
"Begitu ya?"
"Kamu terlihat seperti menutup diri dan seperti tidak mau didekati."
"Padahal aku tidak begitu. Sepertinya...?"
"Kamu ingat anak perempuan yang tanpa sengaja nemenin kamu makan di kantin? Dia sepupuku."
"Nia?" Tanya Alma lalu Angky mengangguk.
"Dia senang sama kamu, dia pengen ngajak kamu makan siang bareng lagi. Tapi kamu selalu sibuk di perpustakaan."
"Ah, bilang sama dia aku minta maaf aku gak tahu." Alma menunduk merasa tidak enak hati.
"Rania bilang dia juga ingin sekali mengajak makan bersama di kantin. Tapi setiap mau mengajakmu kamu selalu sibuk memberi makan kucing hitam ini."
"Namanya Onfri."
"Onfri?"
"One Friend. Satu teman...ku."
Angky tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya heran.
"Coba sesekali kamu buka diri kamu. Perhatikan sekitarmu. Mungkin saja kamu jadi bisa punya teman lebih dari satu dan.... bukan kucing."
Alma tertawa. Memang apa salahnya berteman dengan kucing?
"Sebenarnya aku lagi deg-degan nunggu penguman seleksi PTN." Ujar Angky."Untung ada susu coklat ini. Entah kenapa sekarang jadi lebih tenang."
"Oh? Mau aku belikan lagi?"
"Enggak-enggak gak usah."
"Deg-degan banget ya?"
"Memangnya kamu tidak?"
Alma menggelengkan kepalanya. "Biasa saja."
"Kok bisa.?"
"Tidak tahu."
"Hidupmu seperti jalan tol ya.. terlihat lurus bebas hambatan." Ujar Angky.
"Hambar dan tidak menyenangkan ya.." Tambah Alma.
"Iya."
Alma tersenyum kecil mendengar jawaban Angky.
"Tapi kuliah nanti aku rasa kamu bakal punya banyak teman. Punya banyak aktivitas."
"Kenapa kamu mikir begitu.?"
"Karena kamu orang baik Alma. Ada banyak orang yang sudah kamu tolong. Jadi aku pikir apa yang kamu tanam sekarang akan kamu tuai dimasa mendatang." Angky lalu bangkit dari duduknya, melangkah menuju tempat sampah lalu membuang kotak susu yang sudah habis itu.
"Contohnya susu yang aku minum ini. Kamu beli dari anak kecil yang menjualnya didepan gerbang sekolah pagi tadi bukan?"
"Kamu tahu?" Tanya Alma.
"Tadi pagi tidak sengaja aku lihat." Angky lalu berdiri sambil bersandar dipilar teras kelas. Kedua tangannya dia masukkan kedalam saku celananya.
"Cerita pertemuan kamu dengan sepupuku. Lalu sekarang kucing hitam itu, oh. Maksudku Onfri. Ada banyak kebaikkan yang kamu lakuin Alma, itu mengagumkan menurutku. Tapi diantara itu semua ada hal yang cukup? Sangat sayangkan.."
"Apa?" Tanya Alma, entah mengapa dia begitu tertarik dengan pembahasan yang dibawakan Angky.
"Diantara semua kebaikkan itu. Gak kebaikkan yang kamu lakukan ke diri kamu sendiri."
"Ma-maksudnya?" Alma mengerutkan keningnya merasa bingung.
"Coba kamu buka diri kamu dan terima orang-orang yang ingin berteman denganmu Alma. Biarkan diri kamu memperoleh warna kehidupan yang lain. Coba kamu keluar dari zonanya kamu."
"Aku begitu buruk ya?"
"Bukan soal itu. Kamu sendiri nyamannya seperti apa. Coba tanya diri kamu.."
Cukup sampai disana moment-moment kecilku dimasa lalu. Angky benar. Saat ini aku berhasil berbuat baik dengan diriku. Aku memiliki warna kehidupan yang cukup beragam sekarang. Memang tidak bisa dikatan sepenuhnya baik.Tapi setidaknya aku sudah mencoba sebisaku untuk keluar dari zonaku. Angky dan aku dimasa lalu. Aku ucapkan terima kasih. Aku yang sekarang, kini lebih terasa sebagai sosok yang lebih hidup..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar